V.  PERJALANAN KESELAMATAN

1.      Perjalanan Menuju Kesempurnaan Keselamatan

Keselamatan sebagai buah pekerjaan penyelamatan Allah sudah diterima dan dialami oleh orang yang percaya pada waktu hidupnya di dunia. Tetapi keselamatan itu masih akan mencapai kesempurnaannya kelak dalam persekutuan dengan Allah di sorga. Oleh karena itu, kehidupan orang percaya di dunia merupakan perjalanan keselamatan, yaitu perjalanan menuju kesempurnaan keselamatan [2Kor.5:1; Tit.2:11-13; 1Ptr.1:3-5; 1:17; 2:11; 1Yoh.3:1,2].

Dalam rangka perjalanan keselamatan tersebut, ada kemungkinan karena suatu penggodaan, orang percaya melepaskan percayanya, sehingga gagal di jalan dan tidak dapat mencapai kesempurnaan keselamatan [1Kor.10:1-13; 1Ptr.5:4; 5:8-10]. Namun hal itu bukan berarti tidak ada kepastian mengenai keselamatan yang dikerjakan oleh Allah. Kepastian keselamatan bagi orang percaya tetap ada, karena ada pengampunan dosa manusia melalui karya penyelamatan Allah di dalam Yesus Kristus [2Kor.5:21; 1Ptr.1:3-5]. Bahkan ada jaminan yang diberikan oleh Allah, yaitu barangsiapa percaya akan dimeteraikan dengan Roh Kudus [Yoh.16:13; Kis.10:44-48; 15:8; 2Kor.5:5; Ef.1:13,14; Ibr.2:1-4].


2.  Peran Roh Kudus dalam menolong Orang Percaya di sepanjang Perjalanan Keselamatannya

Kemungkinan gagalnya orang percaya mencapai kesempurnaan keselamatan berasal dari kelemahan manusia sendiri, antara lain karena kecenderungan sikapnya yang bertentangan dengan kehendak Roh Kudus [Mat.13:20,21; (baca ayat 18-23); Gal.4:8,9; 1Tim.4:1,2; 2Tim.2:11-13; Ibr.6:4-6; 2Ptr.2:1-19]. Roh Kudus memang senantiasa menolong orang percaya, tetapi pertolongan Roh Kudus tidak dengan sendirinya membuat iman orang percaya terpelihara. Roh Kudus tetap memperlakukan orang percaya sebagai manusia yang memiliki kebebasan untuk mengikuti atau tidak mengikuti pimpinan Roh Kudus. Dengan demikian, Roh Kudus tetap menempatkan orang percaya dalam keadaan harus bergumul, berusaha dan bertanggung jawab terhadap keselamatan yang telah diterimanya [Mat.12:31,32 (dan paralelnya); Ef.4:30].


3.  Sikap Orang Percaya dalam Memelihara Keselamatannya

Pergumulan dan usaha orang percaya untuk memelihara keselamatannya dilukiskan di dalam Alkitab sebagai suatu peperangan rohani di mana orang percaya harus melengkapi diri dengan perlengkapan senjata Allah [1Tim.6:12; band. 2Kor.10:3,4; Ef.6:10-18; Flp.1:27-30; 1Ptr.5:7; Yud.3]. Sekalipun setiap orang harus bertanggung jawab atas kehidupannya sendiri, tetapi pergumulan dan usaha itu dilakukan di dalam persekutuan orang-orang percaya dan dibantu oleh gereja melalui upaya penggembalaan [Mat.18:15-17; Gal.6:1,2; 1Tes.5:11 (baca 5-11); Ibr.3:12-14; Yak.5:19-20].
                       
Di dalam pergumulan dan usaha untuk memelihara keselamatannya, sikap yang paling tepat bagi orang percaya ialah dengan rendah hati:
1).   Mengakui kelemahan manusiawinya.
2).   Waspada dalam menghadapi masalah atau penggodaan apapun.
3).   Terbuka untuk mendengarkan dan memper­hatikan teguran atau peringatan dari saudara seiman.
4).   Terbuka untuk menerima penggembalaan yang dilakukan oleh gereja.
5).   Mengharapkan dan menaati pertolongan Roh Kudus.
6).   Memelihara hubungan yang benar dan akrab dengan Tuhan. Contoh: membaca Alkitab, berdoa, bersekutu dan lain-lain.
[Luk.11:4b; Yoh.14:26; 20:27-29; 21:15-17; 1Kor.10:12,13; Kol.2:8; 3:16;  1Tes.5:12, 13,19; Ibr.3:8;]