2.  Sikap yang dapat membuat Orang Diselamatkan

Sikap yang dapat membuat orang diselamatkan adalah menerima penyelamatan Allah dan merelakan dirinya diselamatkan oleh Allah. Sikap demikian inilah yang disebut percaya atau beriman [Luk.8:12; Yoh. 3:16-17; 20:31; Ef.2:8].

Sikap percaya mengandung empat unsur, yaitu:
1).   Kesadaran dan pengakuan bahwa dirinya berada di dalam kondisi tidak selamat, yaitu:
a.    Menyadari dan mengakui di hadapan Allah bahwa dirinya adalah pendosa, sehingga pasti dihukum oleh Allah.
b.    Menyadari dan mengakui bahwa dirinya tidak mampu melepaskan diri dari hukuman Allah dengan kekuatannya sendiri.
c.    Menyadari dan mengakui bahwa dirinya membutuhkan pertolongan agar terlepas dari hukuman Allah.
[Mzm.51:3-13; Luk.23:40-42; 7:40-43 (baca ayat 36-50); Rm.7:23-25; Ef.2:3-9]
2).   Pengetahuan mengenai tindakan penyelamatan Allah terhadap dirinya, yaitu mengetahui dan mengakui bahwa berdasarkan kasih-Nya kepada manusia Allah memberikan jalan kelepasan yang dibutuhkan, yaitu di dalam kematian dan kebangkitan Yesus [Kis.4:10-12; IKor.15:1-4; band. Rm.5:6-10].
3).   Penyerahan diri, yaitu menyerahkan diri dan bergantung sepenuhnya kepada pertolongan Allah dalam kematian dan kebangkitan Yesus demi kelepasan dirinya dari hukuman Allah [Mat.8:5-13; Luk.23:40-42].
4).   Bersyukur, yaitu menjalani hidup dengan penuh syukur atas anugerah penyelamatan Allah dan berusaha dengan sungguh-sungguh hidup sesuai Firman-Nya [Rm.12:1,2; Ibr.13:15,16; 1Ptr.2:1-5].


3.  Sikap Percaya dan Kebebasan Manusia

Sikap percaya adalah keputusan manusia sendiri di dalam kebebasannya. Tetapi manusia dapat bersikap demikian karena pertolongan Allah [Mrk.1:15; 16:15,16; Kis.10:44-48; 11:15]. Ia menolong dan menerangi hati dan akal budi manusia agar dapat mengerti bahwa Yesus adalah Allah yang datang untuk menyelamatkan manusia. Meskipun demikian Allah tetap menempatkan manusia di dalam kebebasannya, sehingga manusia dapat menerima tetapi juga dapat menolak [Yoh.3:34-36; Kis.8:30; 16:14; 1Kor.12:3b;].

Hal itu bermakna di dalam kebebasan manusia terletak tanggung jawab mengenai keselamatan yang ditawarkan kepadanya sebagai anugerah [Mat.22:1-14 dan paralelnya; Mrk.16:12,16; Luk.13:22-30]. Dengan demikian keselamatan seseorang bukan nasib atau takdir.


4.  Sikap Percaya dan Pertobatan

Setiap orang yang menyatakan percaya sekaligus menyatakan pula pertobatannya [Mrk.1:15; Kis.20:20,21]. Sebab pertobatan adalah akibat dan perwujudan dari percaya. Dilihat dari isinya pertobatan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1). Pertobatan dasar, yaitu pertobatan yang terjadi ketika seseorang berbalik hatinya dari tidak percaya menjadi percaya. Pada seseorang pertobatan yang demikian hanya terjadi sekali saja.
2). Pertobatan senantiasa, yaitu pertobatan yang terjadi ketika seseorang yang sudah percaya, karena kelemahan manusiawinya dapat berulang kali terjatuh ke dalam dosa, kemudian menyesali dosanya dan bertobat. Pertobatan senantiasa dilakukan orang percaya terus-menerus sepanjang hidupnya sebagai orang yang sudah diselamatkan.
[Yer.18:8-11; Yeh.18:21-23; Mat.26:75 (baca ayat 69-75) hubungkan dengan Yoh.21:15-17; 2Tim.2:25,26; Ibr.6:4-6].