2.  Peristiwa Bangsa Israel

Peristiwa bangsa Israel adalah peristiwa di mana Allah berkenan menganyamkan pelaksanaan penyelamatan-Nya atas manusia di dalam dan melalui kehidupan bangsa Israel sejak pemilihan Bapa leluhur sampai kehidupan bangsa Israel di tanah perjanjian [Tersimak mis.dalam pidato perpisahan Yosua, Yos.24:1-18; Kel.6:6,7; 20:1-17; Ul.4:20].


3.  Peristiwa Manusiawi Yesus

Peristiwa manusiawi Yesus adalah peristiwa datangnya Allah sendiri, yang dalam  pelaksanaan penyelamatan-Nya melibatkan diri di dalam kehidupan manusia dalam wujud manusia Yesus Kristus, sejak kelahiran-Nya sampai kenaikan-Nya ke sorga [Doksologi[1]), peristiwa itu diikhtisarkan di Flp.2:5-11, dan dikisahkan di dalam Injil-Injil].


4.  Peristiwa Roh Kudus

Peristiwa Roh Kudus adalah peristiwa yang terjadi setelah berakhirnya peristiwa manusiawi Yesus, yaitu setelah kenaikan-Nya ke sorga, yang ditandai dengan turunnya Roh Kudus pada hari Pentakosta dan bekerjanya Roh Kudus itu di dalam hati manusia, hingga waktu kesempurnaan keselamatan [Yl.2:28-32; Yoh.14:26; Kis.2:1-13; 15:26,27; 1Kor.6:11; 2Kor.5:5 (baca ayat 4:16-5:10); Ef.1:13,14].


5.  Hubungan Peristiwa Bangsa Israel, Peristiwa Manusiawi Yesus, dan Peristiwa Roh Kudus

Hubungan antara peristiwa bangsa Israel, perisitiwa manusiawi Yesus dan peristiwa Roh Kudus adalah bahwa ketiganya merupakan satu kesatuan dalam keseluruhan rencana penyelamatan Allah, yaitu:
1).   Melalui peristiwa bangsa Israel, Allah menganyamkan karya penyelamatan-Nya yang disertai dengan pernyataan janji penyelamatan-Nya.
2).   Melalui peristiwa manusiawi Yesus, Allah memenuhi janji yang dinyatakan-Nya selama periode Perjanjian Lama, yaitu di dalam dan melalui peristiwa bangsa Israel.
3).   Melalui peristiwa Roh Kudus Allah melanjutkan karya penyelamatan-Nya ke atas manusia dengan meluaskan pengampunan dosa yang berasal dari peristiwa manusiawi Yesus itu kepada segala bangsa.
[Diikhtisarkan dalam silsilah Yesus, Mat.1:1-17; Luk.3:23-38; Kis.1:8 (baca ayat 4-11); 2:1-13; 10:44-48 (baca ayat 34-43); Gal.4:4,5 (baca ayat 1-7); Ef.2:18,19; 3:5,6]

III. KETRITUNGGALAN ALLAH

1.  Hubungan Penyelamatan Allah dan Ketritunggalan Allah

Hubungan antara penyelamatan Allah dengan iman gereja tentang ketritunggalan Allah nampak dalam kenyataan bahwa Allah yang telah berkarya dalam peristiwa bangsa Israel, peristiwa manusiawi Yesus dan peristiwa Roh Kudus itu disebut sebagai: Bapa, Anak dan Roh Kudus.
                 
Gereja awal membuat rumusan ketritunggalan Allah dengan maksud:
1).   Memberi penalaran dengan bahasa dunia yang berlaku pada zaman itu, mengenai penyelamatan Allah ke atas manusia.
2).   Memberi pegangan iman bagi orang-orang percaya pada zaman itu untuk menjalani kehidupannya.
3).   Bersaksi kepada dunia tentang penyelamatan Allah ke atas manusia yang telah dialaminya.

Pemahaman gereja awal tentang Allah tritunggal itu telah menjadi tradisi gereja dan tercantum di dalam Alkitab.[2]) Itu berarti bahwa ajaran tentang Allah tritunggal difungsikan oleh Allah dalam pekerjaan penyelamatan-Nya, baik sebagai alat kesaksian maupun sebagai alat pemeliharaan iman. Oleh karena itu, kita perlu mempertahankan latar belakang pengertiannya, yaitu cara Allah melaksanakan penyelamatan-Nya di dalam sejarah manusia.


[1]) Rumusan doa liturgis yang mengungkapkan kemuliaan Allah atau Kristus, seperti: “Kemuliaan Bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepadanya” (lih. Luk 2:14; Rm 16:27, 6:16; 1Ptr 4:11; dsb.)
[2])  Rumusan trinitas atau ketritunggalan Allah hanya ada di dalam Mat.28:19; band. rumusan sakraman baptis, dll., Kis.2:38, serta hubungan Bapa dan Anak dalam Pentakosta di Kis.2:33.