5.  Pemahaman Penyelamatan Allah

Penyelamatan Allah atas manusia dipahami sebagai anugerah karena:
1).  Dilakukan atas dasar kasih Allah.
2).         Melalui kehendak dan prakarsa Allah.
3).  Dikerjakan oleh Allah.
[Yoh.3:16; Ef.2:1-9; Tit.3:3-7; 1Yoh.4:9,10]

Penyelamatan Allah yang adalah anugerah itu dapat dinalar sebagai berikut:
1). Allah menyelamatkan manusia karena Ia mengasihi manusia.
2). Allah mengasihi manusia karena bagi-Nya manusia berharga untuk dikasihi.
3). Bagi Allah manusia berharga untuk dikasihi karena manusia mempunyai martabat di atas semua makhluk yang lain.
4). Martabat manusia itu adalah bahwa manusia merupakan satu-satunya makhluk yang diciptakan segambar dengan Allah.
[Kej.1:26,27; Yoh.3:16; 1Yoh.4:9,10; band. Ef.4:24; Kol.3:10]

Manusia berada dalam kondisi tidak selamat, karena manusia telah jatuh ke dalam dosa [Kej.3:1-24; Rm.6:23]. Hal itu dijelaskan di dalam Alkitab melalui cerita:
1).  Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi serta manusia dalam kondisi yang baik.
2).  Kondisi yang baik itu digambarkan dalam bentuk hubungan yang harmonis antara manusia dengan Allah, manusia dengan sesamanya, serta manusia dengan alam.
3).  Oleh karena dosa manusia maka hubungan yang baik itu menjadi rusak, bahkan karenanya kemudian manusia menerima hukuman Allah.
[Kej 1:31; 3:1-20].
                       
Dengan demikian, kondisi tidak selamat adalah kondisi manusia di luar hubungan yang benar dengan Allah. Kondisi tersebut digambarkan melalui cerita bahwa setelah jatuh ke dalam dosa dan menerima hukuman Allah, manusia dikeluarkan dari taman Eden sehingga harus menjalani hidupnya di luar taman Eden [Kej. 3:21-24; Rm.5:12-14; 1:18-32].
                       
Berdasarkan berita Alkitab tentang kejatuhan  manusia ke dalam dosa di taman Eden, kita dapat mengerti bahwa:
1).   Dosa adalah sikap memberontak manusia sebagai makhluk terhadap Allah sebagai khalik.
2).   Sikap memberontak itu dimungkinkan terjadi karena  kebebasan yang diberikan oleh Allah kepada manusia.
[Kej.2: 16,17;  Rm.1:28 (baca ayat 18-32); 1Yoh 3:4]

Konsekuensi berada dalam kondisi tidak selamat ialah bahwa sejak saat itu semua orang dikandung dan dilahirkan di dalam kondisi di luar hubungan yang benar dengan Allah, di dalam kondisi tidak selamat, di dalam kondisi dosa [1Raj.8:46; 2Taw.6:36; Mzm.51:7; Pkh.7:20; 1Yoh.1:8]. Akibatnya di dalam kehidupan manusia selalu terdapat berbagai macam bentuk kejahatan. Hal itulah yang menyebabkan manusia dengan kekuatan dan usahanya sendiri tidak mampu menyelamatkan diri [Rm.7:24 (baca 7:14-26)]. Sekalipun demikian, manusia masih masih memiliki harapan, sebab Allah di dalam kedaulatan-Nya berkehendak, berprakarsa dan bertindak menyelamatkan manusia [Rm.7:25; band. Yes.1:18; 43:25; 44:22].
                       

II. PERISTIWA PENYELAMATAN ALLAH

1.  Tindakan Penyelamatan Allah

Penyelamatan Allah dilaksanakan dengan cara Allah melibatkan diri di dalam kehidupan manusia. Dengan demikian penyelamatan Allah itu dilaksanakan dan sekaligus teranyam di dalam kehidupan dan sejarah kehidupan manusia. Hal itu kita mengerti dari Alkitab dan dari sejarah penyelamatan Allah yang berlanjut di dalam sejarah gereja sampai hari ini dan seterusnya.

Sejarah penyelamatan Allah itu berpusat pada tiga peristiwa yang utuh, berkesinambungan dan saling terkait, yaitu: peristiwa bangsa Israel, peristiwa manusiawi Yesus dan peristiwa Roh Kudus. Jika sejarah penyelamatan Allah itu kita lukiskan sebagai suatu garis lurus yang belum selesai ditarik, maka ketiga peristiwa tersebut sekaligus menandai periode-periode dalam sejarah penyelamatan Allah, yaitu periode Perjanjian Lama (PL) yang ditandai dengan peristiwa bangsa Israel hingga peristiwa manusiawi Yesus, dan periode Perjanjian Baru (PB), yaitu kelanjutan dari peristiwa manusiawi Yesus hingga peristiwa Roh Kudus.

salib
    Periode PL                                                                          Periode PB


        Peristiwa Bangsa Israel  –  Peristiwa Manusiawi Yesus  –  Peristiwa Roh Kudus