2.  Tanggungjawab Orang percaya dalam Menjalani Kehidupannya di Dunia

Secara asasi kehidupan orang percaya di dunia ini mengandung dua tanggung jawab yaitu:
1).  Tanggung jawab atas alam,
2).  Tanggung jawab atas sesama.
[Kej.1:27-28,29-31; 2:21-24; Im.19:18 dan paralelnya; Mat.25:31-46]


3.  Pelaksanaan Tanggungjawab Orang percaya dalam Menjalani Kehidupannya di Dunia

Tanggung jawab tersebut diwujudkan dengan tabiat dan perilaku kehidupan yang baik dan benar, yaitu hidup beretika [Ef.5:3,4; Kol.1:9,10]. Kehidupan beretika yang di jalani oleh semua orang bertujuan untuk membuat kehidupan manusia baik, sesuai dengan martabatnya. Tetapi pada orang percaya kehidupan beretika memperoleh tambahan makna baru, yaitu sebagai cara untuk mempertanggungjawabkan kehidupannya di dunia sebagai anak-anak Allah. Jadi bagi orang percaya kehidupan beretika adalah karena penyelamatan, bukan untuk penyelamatan [Ul.14:1,2; Flp.2:15; band. Kis.22:12; 1Tim.2:1-4; 1Ptr.1:14-16; 2Ptr.1:3-9].
                       
Dengan kekuatannya sendiri orang percaya tidak akan mampu melakukan hal itu. Tetapi berkat pertolongan Allah dengan bekerjanya Roh Kudus di dalam diri orang percaya, maka orang percaya mampu mempertanggungjawabkan kehidupannya meskipun dengan segala cedera manusiawinya [Rm.8:26-28; 1Kor.10:13; band. 2Ptr.2:9].
                                    
Orang percaya boleh mengharapkan berkat Allah dengan kehidupan beretika yang dijalaninya, sebab Allah menjanjikan anugerah dibubuhkan ke atas anugerah (Jw = sih rahmat tumumpang ing sih rahmat) [Ams.19:17; 25:21,22; Mat.6:4; Ef.6:8; 1Ptr.1:4-9]. Kita menyaksikan di situ betapa Allah memelihara keselamatan anak-anak-Nya dengan jalan yang tak terjangkau oleh akal budi kita.


4.  Motivasi Orang Percaya dalam Menjalani Kehidupannya di Dunia

Bagi orang percaya kehidupan beretika adalah karena sudah diselamatkan bukan karena supaya diselamatkan. Hal itu dapat kita pahami dengan bertolak dari unsur-unsur dasar pengertian penyelamatan Allah dan keselamatan sebagai buahnya, yaitu:
1).   Ucapan syukur dan terima kasih kepada Allah. Penyelamatan Allah adalah kehendak Allah, sehingga keselamatan yang diterima oleh manusia itu adalah anugerah sepenuhnya. Untuk itu manusia perlu menyatakan terima kasihnya dengan menggunakan angan-angan, kata-kata dan puji-pujian, serta tingkah laku hidupnya.
2).   Hidup sebagai anak-anak Allah yang taat. Penyelamatan Allah adalah kembalinya manusia ke dalam hubungan yang benar dengan Allah. Oleh karena itu orang percaya disebut anak-anak Allah yang harus hidup dalam ketaatan dan kekudusan.
3).   Perwujudan hidup baru. Penyelamatan Allah adalah penyelamatan dari dosa menuju kehidupan yang baru dengan tingkah laku hidup yang baik.
4).   Memuliakan Allah. Penyelamatan Allah bertujuan untuk menyelamatkan manusia agar memuliakan Allah dengan segenap hidupnya.
5).   Mentaati pimpinan Roh Kudus. Penyelamatan Allah dikerjakan dengan memberikan Roh Kudus yang memimpin hidup orang percaya, sehingga hidup beretika berarti mentaati pimpinan Roh Kudus.
6).   Memeliharan keselamatan. Penyelamatan Allah masih menuju ke penyempuraan. Oleh karena itu orang percaya perlu memelihara keselamatannya dengan cara mewaspadai diri dan menangkal penggodaan.
7).   Mengasihi sesama manusia. Penyelamatan Allah berarti Allah memulihkan manusia sebagai gambar-Nya. Oleh karena itu mengasihi sesama manusia adalah cara yang nyata untuk mengasihi Allah dan menghormati martabat manusia.
8).   Bersaksi tentang penyelamatan Allah. Penyelamatan Allah adalah untuk memberi kesempatan kepada orang percaya mewujudnyatakan kehidupan yang baik sebagai  wujud kesaksiannya.
[Im.19:18; Ams.14:21,31; 22:22-23; 24:11-12; Mat.5:13-16; Mat.22:39; Rm.6:12-13; 12:1-2; Ef.4:22-24,30; Ef.5:8-9 (baca ayat 1-12); Flp.2:15; 1Kor.6:20 (baca ayat 15-20); 2Kor.6:17-19 (baca 6:11-7:1; 1Ptr); 1Ptr.1:15; 1Ptr.2:17 (baca ayat 11-17); 2Ptr.3:10-14; 1Yoh.3:2-3 (baca ayat 1-6); 1Yoh.3:16-18; 4:19-21; band. Yoh.15:8 (baca ayat 1-8) ]                                

Yang menjiwai hidup beretika adalah kasih, penyangkalan diri, pengorbanan, dan kerendahan hati [Mrk.12:31; Yoh.15:13; Ibr.13:16]. Jika orang percaya mengabaikan kehidupan beretika berarti orang itu tidak bersyukur, bahkan menolak penyelamatan Allah atas dirinya [1Tes.4:3,7,8 (baca ayat 1-12)].
                              
Untuk melengkapi orang-orang percaya dengan kaidah etika, gereja tidak begitu saja mengambil dari Alkitab, tetapi menciptakannya berdasarkan Alkitab melalui penafsiran dan pemikiran teologis praktis.