1.      Waktu Doa

Pada dasarnya kapan saja orang bisa berdoa, sekalipun demikian sangat berfaedah apabila orang percaya mendisiplinkan diri untuk berdoa secara teratur [Luk.6:12; 18:1; Kis.1:24; 3:1].

Untuk doa pribadi, gereja tidak perlu menyediakan rumusan-rumusan doa yang sudah jadi. Biarlah setiap orang percaya mengungkapkan doanya sendiri. Untuk doa bersama, tepatnya dalam hubungan dengan kebaktian-kebaktian khusus, gereja boleh memasukkan rumusan-rumusan doa yang sudah jadi di dalam liturgi.


5.  Doa Bapa Kami
                       
Tuhan Yesus mengajarkan Doa Bapa Kami kepada murid-murid-Nya tidak dimaksudkan sebagai rumusan doa yang sudah jadi dan harus selalu diucapkan apalagi dianggap sebagai doa yang bertuah. Dengan Doa Bapa Kami itu Tuhan Yesus memberikan contoh mengenai isi utama doa. Di dalam isi utama doa itu juga tersirat sikap yang seharusnya ada jika orang percaya berdoa [Mat.6:5-13; perhatikan ayat 7 dan 8].
                                    
Isi utama Doa Bapa Kami adalah:
1).   Memuliakan Allah. Dengan doanya, orang percaya datang kepada Allah serta memuliakan-Nya. Hal itu dinyatakan melalui kalimat: “Bapa kami yang di sorga, dikuduskanlah namaMu, datanglah KerajaanMu, jadilah kehendakMu di bumi seperti di sorga”.
2).   Permohonan kepada Allah. Dengan doanya, orang percaya memohon agar Allah campur tangan dalam pemenuhan kebutuhan dasar orang percaya, yaitu:
a.   Kebutuhan dasar orang percaya sebagai manusia, antara lain kebutuhan akan makanan. Hal itu dinyatakan melalui kalimat: “Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya”.
b.   Kebutuhan dasar orang percaya sebagai anak Allah antara lain:
·         Kebutuhan untuk diampuni oleh Allah dan mengampuni sesama.
·         Kebutuhan untuk merasa aman sehingga tidak jatuh ke dalam pencobaan dan dilepaskan dari yang jahat.

Hal itu dinyatakan melalui kalimat: “Dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami, dan janganlah membawa kami kedalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari yang jahat”.

Unsur syafaat dalam Doa Bapa Kami terdapat pada:
1).   Sapaan terhadap Allah sebagai “Bapa Kami”. Dengan sapaan tersebut orang percaya datang kepada Allah dalam semangat kebersamaan.
2).   Permohonan, “Dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami.” Dengan permohonan tersebut orang percaya datang menghadap Allah dengan membawa kepentingan sesamanya.
      [Yak.5:15,16]



6.  Sikap Doa

Doa orang percaya bukan kalimat-kalimat magis yang dapat memaksa Allah untuk mengabulkan keinginan orang percaya. Doa orang percaya hanya bermanfaat apabila orang percaya melakukannya dengan sepenuh hati dan atas dasar iman yang benar. Jawaban Allah terhadap doa orang percaya tersebut tidak ditentukan oleh keinginan manusia, melainkan oleh kebijaksanaan Allah [Mis. Daud dengan doanya, 2 Sam.12:15-23; Yak.5:15,16].
                       
Sikap orang percaya dalam mengharapkan jawab Allah atas doanya adalah mempercayakan diri sepenuhnya kepada kebijaksanaan Allah di dalam kasih-Nya, karena Allah pasti akan memberikan yang terbaik bagi anak-anak-Nya [Mis:. sikap Paulus dalam 2Kor.12:7-9]. Untuk mengakhiri doa, sikap itu kita nyatakan dengan kata “amin[1])”.


[1]) Amin berasal dari bahasa Ibrani yang berarti pasti, sungguh, benar.